Durian ialah nama tumbuhan tropis yang berasal dari wilayah Asia Tenggara, sekaligus nama buahnya yang bisa dimakan. Nama ini diambil dari ciri khas kulit buahnya yang keras serta berlekuk-lekuk tajam sehingga menyerupai duri.
Sebutan populernya ialah “Raja dari Segala Buah” (King of Fruit). Durian ialah buah yang kontroversial, meskipun banyak orang yang menyukainya, tapi sebagian yang lain justru muak dengan aromanya.
Terbisa banyak nama lokal. Nama terbanyak ditemukan di Kalimantan, yang mengacu pada berbagai varietas serta spesies yang berbeda. Durian di Jawa dikenal sebagai duren (bahasa Jawa, bahasa Betawi) serta kadu (bahasa Sunda).
Baca Juga :
-
Budidaya Cabai dengan Cara Beda? Dutch Bucket Jawabannya
-
Cara Asik Budidaya Tanaman Hias Palem Merah Untuk Para Pemula
-
Lebih Baik dari Kaca, Ini Keuntungan Greenhouse Plastik UV
Di Sumatera dikenal sebagai durian serta duren (bahasa Gayo). Di Sulawesi, orang Manado menyebutnya duriang, sementara orang Toraja duliang. Di Kota Ambon serta kepulauan Lease biasa disebut sebagai Doriang. Di Pulau Seram bagian timur disebut rulen.
Catatan paling awal mengenai sejarah durian di Indonesia (Nusantara) ditemukan terpahat sebagai relief di permukaan dinding batu Candi Borobudur. Candi yang dibangun tahun 775 – 820 Masehi ini ternyata menyimpan banyak catatan mengenai kehidupan pada masa itu.
Di antara jenis buah-buahan yang terpahat serta masih sangat jelas hingga saat ini ialah mangga, nangka, duku, pisang, kelapa, lontar/siwalan, serta durian. Bahkan, relief pohon durian yang sedang berbuah berada dalam satu bingkai bersama 11 wanita kerajaan yang menyiratkan pentingnya keberadaan durian di masa itu.
Pahatan relief durian ini merupakan salah satu catatan paling awal mengenai buah durian tidak saja di Indonesia, tapi sangat mungkin di dunia. Berarti sejak 1.300 tahun lalu, buah durian sudah dikenal masyarakat yang hidup pada saat itu serta mendapatkan tempat terhormat di pekarangan istana kerajaan.
Bahkan, para peneliti buah-buahan mancanegara mengakui bahwa informasi ini sangat autentik serta merupakan salah satu catatan mengenai buah tropika tertua di dunia. Salah satu bukti lain ampuhnya buah durian sebagai penyubur keturunan bisa dilihat di halaman istana Narmada warisan raja-raja Bali di Lombok Barat.
Di pekarangan belakang istana Narmada yang dipisahkan oleh sungai kecil tapi deras, sang raja mempunyai kebun durian unggul masa itu. bisa dibayangkan bahwa seorang raja pasti memperoleh ‘persembahan’ buah durian terbaik dari rakyatnya.
Biji buah durian pilihan yang disukai sang raja lalu ditanam di pekarangan. Pada masa itu belum dikenal cara okulasi ataupun grafting sehingga biji yang ditanam menghasilkan pohon-pohon dengan buah yang beragam, tapi cukup berkualitas hingga saat ini.
Beberapa pohon durian unggul masa lalu tersebut masih produktif menghasilkan buah. Bahkan pada saat musim panen raya, satu pohon bisa menghasilkan lebih dari 1.000 buah. Dua pohon yang konsisten berkualitas tinggi dilepas oleh Kementerian Pertanian RI dengan nama varietas Tong Medaye serta Siparuk.
Kalimantan Sumatera serta Semenanjung Malaya merupakan habitat bagi banyak spesies durian liar. Menurut jurnal yang dikeluarkan oleh Herbarium Bogoriense, 20 dari 29 spesies liar durian di dunia, ditemukan di Indonesia.
Tidak hanya itu, 19 dari 20 spesies yang ada di Indonesia ditemukan di Kalimantan, tujuh spesies ditemukan di Sumatera, serta satu spesies ditemukan di Jawa, Bali, Sulawesi, Maluku, serta Papua. Sebagian besar spesies durian yang berada di Kalimantan tergolong ke dalam spesies endemik yang tumbuh liar hanya di hutan-hutan Kalimantan.
Oleh sebab itu, sangat penting untuk menjaga kelestarian hutan-hutan di Kalimantan. mengingat pulau ini merupakan pusat persebaran plasma nutfah durian yang sangat penting di dunia. Di antara 20 spesies yang ditemukan di Indonesia, sembilan spesies termasuk durian yang bisa dimakan.
Nama durian berasal dari istilah melayu duri sebab buah ini mempunyai ciri khas kulitnya dipenuhi dengan duri yang tajam, walaupun akhir-akhir ini ditemukan juga yang tidak berduri. Siapa sangka, ternyata durian masih satu famili dengan pohon kapuk (Bombacaceae).
Salah satu karakter khas durian yang diturunkan dari karakter famili kapuk-kapukan, yaitu jatuh serta pecahnya kulit buah yang sudah matang dari pohonnya. Durian mempunyai nama daerah yang berbeda-beda seperti duren (Jawa, Betawi, Gayo), kadu (Sunda, Banten), duriang (manado) duliang (Toraja) serta rulen (Pulau Seram Timur).
Di Sumatera Selatan, durian disebut dengan duhian dengan lafal ‘h’ di tenggorokan. Di kota Ambon serta Kepulauan Lease, disebut doriang. Perkembangan yang lebih luas melalui perdagangan juga menambah kazanah nama durian. Seperti sebutan kata tu liang oleh orang-orang dari Tiongkok.
Di Thailand durian dilafalkan sebagai thurian. Durian telah dikenal oleh dunia barat sekitar 620 tahun yang lalu. Referensi awal yang mengenalkan durian ke Eropa berdasarkan catatan ialah Niccolo Da Conti, ketika dia melakukan perjalanan ke Asia Tenggara pada abad ke I5.
Catatan yang diterjemahkan dari bahasa Latin oleh Poggio Bracciolini menyebutkan bahwa dalam perjalanan Da Conti telah berjumpa dengan orang-orang Sumatera yang mempunyai buah hijau sebesar buah semangka yang disebut durian. Di dalamnya terbisa daging buah tebal dengan cita rasa dam aroma yang unik, menyerupai mentega serta baunya harum menyengat tajam.
Di Indonesia, durian telah dibudidayakan selama berabad-abad di tingkat desa. Tidak ditemukan dokumen kapan durian mulai dibudidayakan. Namun, durian berkembang menjadi komersial diperkirakan sejak pertengahan abad 18. Ketika raja-raja Mataram memperoleh sajian buah durian pada setiap perayaan kerajaan.
Tanaman durian ialah salah satu tanaman buah tropis, tanama ini bisa tumbuh di sekitar khatulistiwa hingga ketinggian 800 m dpl, serta menjauh hingga garis lintang 18° di Thailand serta Queensland. Curah hujan yang disukai sekurang-kurangnya 1500 mm, yang tersebar merata sepanjang tahun.
Akan tetapi, periode kering 1-2 bulan akan merangsang perbungaan lebih baik. Musim raya buah durian biasa terjadi setelah tahun dengan musim kemarau yang berkepanjangan. Musim panen antara bisa terjadi dengan produksi buah yang biasa-biasa saja.
0 Komentar