Mengenal Sistem Perbanyakan Tanaman Secara In Vitro, Apa Itu?


Perbanyakan tanaman secara in vitro atau kultur jaringan tanaman ialah sebuah kegiatan menjaga serta menumbuhkan jaringan (kalus, sel, protoplas) serta organ tanaman (daun, tunas pucuk/lateral, batang, akar serta embrio) pada kondisi aseptik.

Baca Juga :
- Cara Ampuh Budidaya Tomat Supaya Tahan Hama dan Penyakit
- Panen Raya? Coba Tanam Cabai Katokkon dan Beri Mulsa Plastik
- Paranet Memang Cocok Untuk Peneduh Lapangan Olahraga

Metode ini dipakai untuk berbagai tujuan seperti: memperbanyak tanaman, memodifikasi genotype tanaman, memproduksi biomasa serta metabolit sekunder, mempelajari patologi tanaman, konservasi plasma nutfah serta penelitian-penelitian ilmiah lainnya.

Metode ini juga sudah diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman, baik tanaman semusim maupun menahun, tanaman herbaceous maupun berkayu. Aplikasi perbanyakan tanaman secara in vitro ini mempunyai kelebihan serta kelemahan.


Kelebihan perbanyakan tanaman dengan metode in vitro :

  • Menggunakan potongan-potongan kecil dari bagian tanaman (daun, tunas, batang, akar, kalus, sel) untuk menghasilkan tanaman baru yang utuh.
  • Memerlukan ruang yang kecil, energi serta tenaga yang lebih efisien untuk menjaga, menumbuhkan serta meningkatkan jumlah tanaman.
  • sebab perbanyakan tanaman dilakukan dalam kondisi aseptik, bebas dari pathogen, maka ketika kultur tanaman berhasil dilakukan tak akan terjadi kehilangan tanaman sebab serangan penyakit serta tanaman yang dihasilkan dari kultur jaringan (pada kondisi tertentu) juga bebas dari bakteri, jamur serta mikroorganisme pengganggu yang lain.
  • Dengan metode khusus (kultur meristem), Metode ini dapat dipakai untuk menghasilkan tanaman yang bebas dari virus.
  • Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman, seperti: nutrisi (media), konsentrasi zat pengatur pertumbuhan (ZPT), kadar gula, cahaya, temperatur, kelembaban, serta yang lainnya lebih gampang diatur. 
  • Bisa diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman yang mempunyai pertumbuhan yang lambat serta sulit diperbanyak secara vegetatif.
  • Produksi tanaman dengan Metode ini dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa tergantung oleh perubahan musim.
  • Dapat menyimpan tanaman hasil perbanyakan dalam waktu yang cukup lama.

Kelemahan perbanyakan tanaman dengan metode in vitro :

  • Memerlukan ketrampilan yang memadahi, peralatan, bahan serta biaya yang mahal, serta sarana pendukung yang mencukupi.
  • Membutuhkan metode yang khusus serta optimum untuk menunjang keberhasilan aplikasinya pada tiap spesies serta tanaman.
  • Walaupun dapat menghasilkan tanaman dalam jumlah yang banyak dari bagian kecil tanaman, pada kondisi tertentu dapat menghasilkan adanya penyimpangan karakter-karakter tanaman (undesirable characteristics) serta kelainan genetik (genetic abberant).
  • Mengingat tanaman hasil kultur in vitro terbiasa tumbuh pada medium yang cukup dengan sumber karbon, kelembaban yang tinggi serta mempunyai kemampuan fotosintesis yang rendah, maka guna memindahkan tanaman dari kondisi in vitro ke kondisi ex vitro dibutuhkan proses aklimatisasi serta adaptasi supaya tanaman tak gampang mati akibat kehilangan air serta dapat tumbuh normal pada kondisi ex vitro.


Tahapan dalam perbanyakan tanaman secara in vitro dibagi menjadi 5 tahapan, yakni :

- Seleksi tanaman induk serta penyiapannya
- Kultur aseptik
- Perbanyakan/penggandaan propagule (kalus/tunas/embrio)
- Pengakaran
- Aklimatisasi plantlets

Dari ke-5 tahapan tersebut, kultur aseptik adalah tahapan paling kritikal serta sulit dalam perbanyakan tanaman secara in vitro. Berikutnya dalam perbanyakan tanaman secara in vitro, tak semua jenis tanaman membutuhkan ke-5 tahapan tersebut. Pada tanaman tertentu misalnya krisan dan anyelir, tahap pengakaran tidak begitu dibutuhkan.

Posting Komentar

0 Komentar